BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Islam adalah salah satu agama yang
memiliki penganut terbesar di dunia. Selain itu, penganutnya juga terus-menerus
mengalami peningkatan dan perkembangan yang sangat signifikan setiap tahunnya.
Perkembangan tersebut terjadi di seluruh dunia, tanpa terikat oleh geografis,
etnis, kasta dan lain sebagainya. Kemudian kalau kita cermati, agama Islam
memiliki keunikan tersendiri. Keunikan tersebut dapat kita lihat dari aspek
sejarah turunnya Islam dan respon masyarakat terhadapnya. Sekilas, Islam
diturunkan oleh Allah SWT kepada Muhammad Ibnu Abdullah dari golongan kaum
Quraisy. Padahal, agama-agama sebelumnya banyak diturunkan kepada bangsa
Israil, bukan kaum Quraisy yang tidak memiliki akar sejarah yang kuat ketimbang
bangsa Israil. Sedangkan keunikan Islam jika dilihat dari respon masyarakat,
sangat menakjubkan sekali. Sebab Islam yang tergolong agama baru dibandingkan
agama lainnya, bisa mendapat respon positif dari masyarakt yang mengitarinya,
bahkan memiliki penganut yang besar hingga saat ini. Entah dari mana antusiasme mereka dapatkan terhadap Islam –rahmatan lil alamin-.
Nah oleh sebab
itu, menarik saya rasa untuk menjelajah dan menelaah lebih konprehensif tanpa mengenyampingkan sifat kritis terhadap
agama yang satu ini, khususnya di Negara Indonesia yang memiliki penganut Islam
terbesar di jagad raya ini. Dalam hal ini, lagi-lagi kita dihadapkan dengan
keunikan Islam. Apabila kita merefleksi sejarah Islam, bukankah Islam pertama
kali turun dan berkembang di Jazirah Arab, bukan di Indonesia. Lantas, mengapa
yang memiliki penganut Islam terbesar di dunia adalah bangsa Indonesia?
Tidakkah terlalu jauh antara Arab-Indonesia? Kenapa tidak Negara tetangganya
saja yang memiliki mayoritas penganut agama Islam, misalnya Tajikistan,
Palestina, Turki, Uzbekistan, dll? Dan bagaimana perkembangan Islam pada awal
masuknya ke Nusantara?
Mengenai sejarah asal mula masuknya
Islam di nusantara sepertinya sedikit mengalami kerancuan (ikhtilaf) antara beberapa pakar. Hal itu terjadi karena tidak
adanya satu bukti yang lebih kuat diantara bukti kuat lainnya. Sehingga antara
satu sama lain tidak bisa menafikan sehingga kemudian keluarlah satu-satunya
pendapat atau teori yang mutlak kebenarannya dan diterima oleh para ahli
sejarah.
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan Masalahnya
meliputi :
1.2.1
Bagaimana proses awal masuknya Islam ke
Indonesia ?
1.2.2
Bagaimana cara Islam masuk ke Indonesia ?
1.2.3
Bagaimanakah perkembangan Islam
diberbagai wilayah di Indonesia ?
1.2.4
Siapa sajakah Tokoh-tokoh dalam
perkembangan Islam di Indonesia ?
1.2.5
Apa saja peranan umat Islam di Indonesia
?
1.2.6
Apa saja hikmah Perkembangan Islam di
Indonesia ?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini kami buat untuk
memenuhi Tugas Agama Islam dimana yang Insya Allah akan dipresentasikan untuk
bahan diskusi menjelang semester ganjil 2013/2014. Ada pun tujuan dari
pembahasan makalah ini yaitu : Untuk mengingat kembali tentang bagaimana Islam
masuk ke Indonesia, untuk mengetahui bagaimana perkembangan islam pada awal
masuknya di Indonesia, cara-cara sehingga Islam bisa masuk di Indonesia, dsb.
1.4 Manfaat Penulisan
Melalui makalah ini
kami berharap agar makalah ini dapat menambah ilmu dan wawasan para pembaca
mengenai Perkembangan Agama Islam pada awal masuknya di Indonesia.
1.5 Batasan Masalah
Batasan Masalah pada
makalah ini melliputi :
1.5.1
Proses awal masuknya Islam ke Indonesia
1.5.2
Cara Islam masuk ke Indonesia
1.5.3
Perkembangan Islam diberbagai wilayah di
Indonesia
1.5.4
Tokoh-tokoh dalam perkembangan Islam di
Indonesia
1.5.5
Peranan umat Islam di Indonesia
1.5.6
Apa saja hikmah Perkembangan Islam di
Indonesia
1.6
Sumber Data
Data data yang di peroleh dari karya
ilmiah makalah ini sebagian besar
berasal dari kumpulan kumpulan artikel dari media internet dan beberapa
buku Paket agama Islam untuk SMA kelas XII semester ganjil.
1.7 Metode Penelitian
·
Searching
·
Browsing
1.8
Sistematika Penulisan
Sistematika
yang terdapat dalam penyusunan makalah ini adalah :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
1.5 Batasan Masalah
1.6 Sumber Data
1.7 Metode Penelitian
1.8 Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Proses
awal masuknya Islam ke Indonesia
2.2 Cara
Islam masuk ke Indonesia
2.3 Perkembangan
Islam diberbagai wilayah di Indonesia
2.4 Tokoh-tokoh
dalam perkembangan Islam di Indonesia
2.5 Peranan
umat Islam di Indonesia
2.6 Apa
saja hikmah Perkembangan Islam di Indonesia
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2
Saran/rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
BAB
II
Pembahasan
Rumusan Masalah
2.1
Proses awal Masuknya Islam di Indonesia
Ketika Islam datang di Indonesia,
berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu dan Budha,
sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan
Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha.
Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa
Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke
wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan
membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta),
menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam
Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada
paksaan.
Tentang kapan Islam datang masuk ke
Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya Islam di Indonesia” pada
tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad
pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain
menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa
Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
2.2
Cara Islam Masuk ke Indonesia
Islam masuk
ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 M yang bertepatan dengan abad ke-1 atau
ke-2 H. Rute yang dilewati adalah jalur Utara dan Selatan.
Jalur Utara, dengan
rute :Arab (Mekah dan Madinah) meliputi ; Damaskus – Bagdad – Gujarat –
Srilangka – Indonesia
Jalur Selatan, dengan
rute : Arab (Mekah dan Madinah) meliputi ; Yaman – Gujarat – Srilangka –
Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan
dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di
Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama.
Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256
:
لآَإِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد
تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن
بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لاَ انْفِصَامَ لَهَا
وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut danberimankepada Allah, maka sesungguhnya
dia telah berpegang kepada buhultali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan
Allah Mah aMendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah: 256).
Proses penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara, yaitu
melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, politik, kesenian, tasawuf, yang
kesemuanya mendukung meluasnya ajaran agama Islam.
1)
Perdagangan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari
Arab, Persia, dan India. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan perdagangan
di Indonesia. Hal ini konsekuensi logisnya menimbulkan jalinan hubungan dagang
antara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam. Di samping berdagang,
sebagai seorang muslim juga mempunyai kewaajiban berdakwah maka para pedagang
Islam juga menyampaikan dan mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada orang
lain. Dengan cara tersebut, banyak pedagang Indonesia memeluk agama Islam dan
merekapun menyebarkan agama Islam dan budaya Islam yang baru dianutnya kepada
orang lain. Dengan demikian, secara bertahap agama dan budaya Islam tersebar
dari pedagang Arab, Persia, India kepada bangsa Indonesia. Proses penyebaran
Islam melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif dibanding cara
lainnya.
2)
Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang yang sudah menetap makin
membaik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat, tetapi keluarganya tidak
dibawa serta. Para pedagang itu kemudian menikahi gadis – gadis setempat dengan
syarat mereka harus masuk Islam. Cara itu pun tidak mengalami kesulitan.
Misalnya, perkawinan Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dengan Nyai Gede Manila,
putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan antara Raja Brawijaya dengan putri
Jeumpa yang beragama Islam kemudian berputra Raden Patah yang pada akhirnya
menjadi Raja Demak.
3)
Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang
peranan penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk
agama Islam, otomatis rakyatnya akan berbondong - bondong memeluk agama Islam. Karea,
masyarakat Indonesia memiliki kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan
rakyatnya. Jika raja dan rakyat memeluk agama Islam, pastinya demi kepentingan
politik maka akan diadakannya perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan
penyebaran agama Islam.
4)
Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig
yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok – pondok
pesantren. Dan di dalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi menuntut ilmu
yang berhubungan dengan agama Islam. Yang jika para pelajar tersebut selesai
dalam menuntut ilmu mengenai agama Islam, mereka mempunyai kewajiban untuk
mengajarkan kembali ilmu yang diperolehnya kepada masyarakat sekitar. Yang
akhirnya masyarakat sekitar menjadi pemeluk agama Islam. Pesantren yang telah
berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel
Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dan Pesantren Sunan
Giri yang santrinya banyak berasal dari Maluku ( daerah Hitu ), dls.
5)
Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid),
seni pahat, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak
dijumpai di Jogjakarta, Solo, Cirebon, dls. Seni budaya Islam dibuat dengan
cara mengakrabkan budaya daerah setempat dengan ajaran Islam yang disusupkan
ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus dan sedapat mungkin memanfaatkan
tradisi lokal, misalnya:
a.
Membumikan ajaran Islam melalui syair – syair. Contohnya : Gending Dharma,
Suluk Sunan Bonang, Hikayat Sunan Kudus, dan lain – lain.
b.
Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin. Tokoh – tokoh simbolis dalam
wayang diadopsi atau mencipta nama lainnya yang bisa mendekatkan dengan ajaran
Islam. Mencipta tokoh baru dan narasi baru yang sarat pengajaran.
c.
Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm
pengingat. Sebab insting masyarakat telah akrab dengan gema bedug sebai
pemanggil untuk acara keramaian.
d.
Menggeser tradisi klenik dengan doa – doa pengusir jin sekalugus doa ngirim
leluhur. Diantaranya yang disebut Tahlil.
6)
Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu
menghayati kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah – tengah
masyarakatnya. Para Sufi biasanya memiliki keahlian yang membantu masyarakat
dan menyebarkan agama Islam. Para Sufi pada masa itu diantaranya Hamzah Fansuri
di Aceh dan Sunan Panggung Jawa.
Dengan melalui saluran diatas, agama Islam dapat berkembang pesat dan
diterima masyarakat dengan baik pada abad ke-13. Dan adapun faktor – faktor
yang menyebabkan Islam cepat bekembang di Indonesia antara lain :
a.
Syarat masuk Islam hanya dilakukan dengan mengucapkan dua kelimat syahadat;
b.
Tata cara beribadahnya Islam sangat sederhana;
c.
Agama yang menyebar ke Indonesia disesuaikan dengan kebudayaan Indonesia;
d.
Penyebaran Islam dilakuakn secara damai.
2.3
Perkembangan Islam di berbagai wilayah di Indonesia
v
Sumatera
Daerah
pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatra dan
daerah Pasai yang terletak di Aceh utara . Hal ini mudah diterima akal,
karena wilayah Sumatera bagian Utara letaknya di tepi Selat Malaka, tempat lalu
lintas kapal-kapal dagang dari India ke Cina.
Para
pedagang dari India, yakni bangsa Arab, Persi dan Gujarat, yang juga para
mubalig Islam, banyak yang menetap di bandar-bandar sepanjang Sumatera Utara.
Mereka menikah dengan wanita-wanita pribumi yang sebelumnya telah di-Islamkan,
sehingga terbentuklah keluarga-keluarga muslim. Selanjutnya mereka mensyiarkan
Islam dengan cara yang bijaksana, baik dengan lisan maupun sikap dan perbuatan,
terhadap sanak famili, para tetangga, dan masyarakat sekitarnya. Sikap dan
perbuatan mereka yang baik, kepandaian yang lebih tinggi, kebersihan jasmani
dan rohani, sifat kedermawanan serta sifat-sifat terpuji lainnya yang mereka
miliki menyebabkan para penduduk hormat dan tertarik pada Islam, dan tertarik
masuk Islam.
Hingga
akhirnya berdiri kerajaan Islam pertama, yaitu Samudra Pasai. Kerajaan ni
berdiri pada tahun 1261 M, di pesisir timur Laut Aceh Lhokseumawe (Aceh Utara),
rajanya bernama Marah Silu, bergelar Sultan Al-Malik As-Saleh.
Seiring
dengan kemajuan kerajaan Samudra Pasai yang sangat pesat, pengembangan agama
Islam pun mendapat perhatian dan dukungan penuh. Para ulama dan mubalignya
menyebar ke seluruh Nusantara, ke pedalaman Sumatera, peisir barat dan utara
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Tidore, dan pulau-pulau lain di kepulauan
Maluku. Itulah sebabnya di kemudian hari Samudra Pasai terkenal dengan sebutan
Serambi Mekah.
v
Jawa
Benih-benih
kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai pada abad pertama
Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan oleh Prof. Dr. Buya Hamka dalam
bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa pada tahun 674 M sampai tahun 675 M. sahabat
Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga)
menyamar sebagai pedagang. Bisa jadi Muawiyah saat itu baru penjajagan saja,
tapi proses dakwah selanjutnya dilakukan oleh para da’i yang berasal dari
Malaka atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu lalu lintas atau jalur
hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak dengan Jawa dipihak lain sudah
begitu pesat.
Namun,
penemuan nisan makam Siti Fatimah binti Maimun di daerah Leran/Gresik yang
wafat tahun 1101 M dapatlah dijadikan tonggak awal kedatangan Islam di Jawa.
Hingga pertengahan abad ke-13, bukti-bukti kepurbakalaan maupun
berita-berita asing tentang masuknya Islam di Jawa sangatlah sedikit. Baru
sejak akhir abad ke-13 M hingga abad-abad berikutnya, terutama sejak Majapahit
mencapai puncak kejayaannya, bukti-bukti proses pengembangan Islam ditemukan
lebih banyak lagi.
Dan untuk masa-masa selanjutnya pengembangan Islam di tanah Jawa dilakukan
oleh para ulama dan mubalig yang kemudian terkenal dengan sebutan Wali Sanga (sembilan wali).
Adapun
gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para Wali Sanga,
yaitu :
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan
sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor penyebaran Islam di Jawa. Beliau
juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai perintis lembaga pendidikan
pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan Gresik
b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel :
1) Mendirikan pesantren di Ampel
Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para mubalig kenamaan seperti :
Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan Demak pertama), Raden Makhdum
(Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Maulana Ishak yang pernah diutus
untuk menyiarkan Islam ke daerah Blambangan.
2) Berperan aktif dalam membangun
Masjid Agung Demak yang dibangun pada tahun 1479 M.
3)
Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah
sebagai Sultan pertama.
c. Sunan Giri
(Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.
Putra Sunan Ampel lahir tahun
1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang
mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.
Ia tercatat paling banyak
menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia membuat wayang kulit dan cerita
wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang
Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh.
Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka
dakwah Islam.
Nama aslinya adalah Syarifudin
(putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang
sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah,
antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
Nama lainnya adalah Sunan Gunung
Jati yang kerap kali dirancukan dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia
memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia
juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan
Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya
membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu
Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi
Islam sekaligus kontrol politik para wali.
h.
Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.
i.
Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.\
Diparuh awal abad 16 M, Jawa
dalam genggaman Islam. Penduduk merasa tentram dan damai dalam ayoman
keSultanan Demak di bawah kepemimpinan Sultan Syah Alam Akbar Al Fatah atau
Raden Patah. Hidup mereka menemukan pedoman dan tujuan sejatinya setelah mengakhiri
masa Siwa-Budha serta animisme. Merekapun memiliki kepastian hidup bukan karena
wibawa dan perbawa sang Sultan, tetapi karena daulah hukum yang pasti yaitu
syari’at Islam.
“Salokantara” dan “Jugul Muda”
itulah dua kitab undang-undang Demak yang berlandaskan syari’at Islam.
Dihadapan peraturan negeri pengganti Majapahit itu, semua manusia sama
derajatnya, sama-sama khalifah Allah di dunia. Sultan-Sultan Demak sadar dan
ikhlas dikontrol oleh kekuasaan para Ulama atau Wali. Para Ulama itu berperan sebagai
tim kabinet atau merangkap sebagai dewan penasehat Sultan.
Dalam versi lain dewan wali sanga
dibentuk sekitar 1474 M. oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel), membawahi Raden
Hasan, Maftuh Ibrahim, Qasim (Sunan Drajat) Usman Haji (ayah Sunan Kudus, Raden
Ainul Yakin (Sunan Gresik), Syekh Sutan Maharaja Raden Hamzah, dan Raden
Mahmud. Beberapa tahun kemudian Syekh Syarif Hidayatullah dari Cirebon
bergabung di dalamnya. Sunan Kalijaga dipercaya para wali sebagai muballig
keliling. Disamping wali-wali tersebut, masih banyak Ulama yang dakwahnya satu
kordinasi dengan Sunan Ampel hanya saja, sembilan tokoh Sunan Wali Sanga yang
dikenal selama ini memang memiliki peran dan karya yang menonjol dalam
dakwahnya.
v
Sulawesi
Pulau Sulawesi sejak abad ke-15 M sudah didatangi
oleh para pedagang muslim dari Sumatera, Malaka dan Jawa. Menurut berita Tom
Pires, pada awal abad ke-16 di Sulawesi banyak terdapat kerajaan-kerajaan kecil
yang sebagian penduduknya masih memeluk kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Di
antara kerajaan-kerajaan itu yang paling besar dan terkenal adalah kerajaan
Gowa Tallo, Bone, Wajo, dan Sopang.
Pada tahun 1562 – 1565 M, di bawah pimpinan Raja
Tumaparisi Kolama, Kerajaan Gowa Tallo berhasil menaklukkan daerah Selayar,
Bulukumba, Maros, Mandar dan Luwu.
Kerajaan
Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Ternate dibawah pimpinan
Sultan Babullah yang telah menerima Islam lebih dahulu Pada masa
itu, di Gowa Tallo telah terdapat kelompok-kelompok masyarakat muslim dalam
jumlah yang cukup besar. Kemudian atas jasa Dato Ribandang dan Dato Sulaemana,
penyebaran dan pengembangan Islam menjadi lebih intensif dan mendapat kemajuan
yang pesat. Pada tanggal 22 September 1605 Raja Gowa yang bernama Karaeng
Tonigallo masuk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin. dan diikuti oleh perdana menteri
atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa.
Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam,
Gowa melakukan perluasan kekuasaannya. Daerah Wajo dan Sopeng berhasil
ditaklukan dan di-Islamkan. Demikian juga Bone, berhasil ditaklukan pada tahun
1611 M.
v Kalimantan
Sebelum Islam masuk ke Kalimantan, di Kalimantan
Selatan terdapat kerajaan-kerajaan Hindu yang berpusat di Negara Dipa, Daha,
dan Kahuripan yang terletak di hulu sungai Nagara dan Amuntai Kimi.
Kerajaan-kerajaan ini sudah menjalin hubungan dengan Majapahit, bahkan salah
seorang raja Majapahit menikah dengan Putri Tunjung Buih. Hal tersebut tercatat
dalam Kitab “Negara Kertagama” karya Empu Prapanca.
Islam masuk ke
Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo melalui tiga jalur. Jalur
pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai kerajaan Islam setelah Perlak dan
Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar
sebab para muballig dan komunitas muslim kebanyakan mendiamai pesisir barat
Kalimantan.
Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig dari tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak Muballig ke negeri ini. Para da’i tersebut berusaha mencetak kader-kader yang akan melanjutkan misi dakwah ini. Maka lahirlah ulama besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig dari tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak Muballig ke negeri ini. Para da’i tersebut berusaha mencetak kader-kader yang akan melanjutkan misi dakwah ini. Maka lahirlah ulama besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Jalur ketiga para da’i datang
dari Sulawesi (Makasar) terutama da’i yang terkenal saat itu adalah Datuk Ri
Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
a.
Kalimantan
Selatan
Masuknya Islam di Kalimantan
Selatan adalah diawali dengan adanya krisis kepemimpinan dipenghujung waktu
berakhirnya kerajaan Daha Hindu. Saat itu Raden Samudra yang ditunjuk sebagai
putra mahkota oleh kakeknya, Raja Sukarama minta bantuan kepada kerajaan Demak
di Jawa dalam peperangan melawan pamannya sendiri, Raden Tumenggung Sultan
Demak (Sultan Trenggono) menyetujuinya, asal Raden Samudra kelak bersedia masuk
Islam. Dalam peperangan itu Raden Samudra mendapat kemenangan. Maka sesuai
dengan janjinya ia masuk Islam beserta kerabat keraton dan penduduk Banjar.
Saat itulah tahun (1526 M) berdiri pertama kali kerajaan Islam Banjar dengan
rajanya Raden Samudra dengan gelar Sultan Suryanullah atau Suriansyah.
Raja-raja Banjar berikutnya adalah Sultan Rahmatullah (putra Sultan
Suryanullah), Sultan Hidayatullah (putra Sultan Rahmatullah dan Marhum
Panambahan atau Sultan Musta’in Billah. Wilayah yang dikuasainya meliputi
daerah Sambas, Batang Lawai, Sukadana, Kota Waringin, Sampit Medawi, dan
Sambangan.
b.
Kalimantan
Timur
Berdasarkan hikayat Kutai, pada masa pemerintahan
Raja Mahkota, datanglah dua orang ulama besar bernama Dato Ribandang dan Tuanku
Tunggang Parangan. sehingga
raja Kutai (raja Mahkota) tunduk kepada Islam diikuti oleh para pangeran, para
menteri, panglima dan hulubalang. Untuk kegiatan dakwah ini dibangunlah sebuah
masjid.
Kedua ulama itu datang ke Kutai setelah
orang-orang Makasar masuk Islam. Proses penyebaran Islam di Kutai dan
sekitarnya diperkirakan terjadi pada tahun 1575 M. raja
Mahkota berusaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah sampai ke pedalaman
Kalimantan Timur sampai daerah Muara Kaman, dilanjutkan oleh Putranya, Aji Di
Langgar dan para penggantinya.
v
Maluku.
Kepulauan Maluku
terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga menjadi daya tarik para
pedagang asing, tak terkecuali para pedagang muslim baik dari Sumatra, Jawa,
Malaka atau dari manca negara. Hal ini menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah
Islam di kepulauan ini.Islam masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke 15
atau sekitar tahun 1440 dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan
Jawa (terutama para da’i yang dididik oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460
M, Vongi Tidore, raja Ternate masuk Islam. Namun menurut H.J De Graaft
(sejarawan Belanda) bahwa raja Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin
(1486-1500 M). Setelah itu Islam berkembang ke kerajaan-kerajaan yang ada di
Maluku. Tetapi diantara sekian banyak kerajaan Islam yang paling menonjol
adalah dua kerajaan , yaitu Ternate dan Tidore.
Raja-raja Maluku yang masuk Islam
seperti :
a.
Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).
b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke Filipina.
c. Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
d. Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
e. Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.\
b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke Filipina.
c. Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
d. Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
e. Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.\
Selain Islam masuk
dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang disiarkan oleh
raja-raja Islam di Maluku, para pedagang dan para muballig yang juga berasal
dari Maluku. Daerah-daerah di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso,
Jalawati, Pulau Waigio dan Pulau Gebi.
Proses penyebaran Islam di wilayah
Nusantara tidak dapat dilepas dari peran aktif para ulama. Melalui merekalah
Islam dapat diterima dengan baik dikalangan masyarakat. Di antara Ulama
tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Hamzah
Fansuri
Ia hidup
pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda sekitar tahun 1590. Pengembaraan
intelektualnya tidak hanya di Fansur-Aceh, tetapi juga ke India, Persia, Mekkah
dan Madinah. Dalam pengembaraan itu ia sempat mempelajari ilmu fiqh, tauhid,
tasawuf, dan sastra Arab.
b.
Syaikh
Muhammad Yusuf Al-Makasari
Beliau lahir
di Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1626 M/1037 H. Ia
memperoleh pengetahuan Islam dari banyak guru, di antaranya yaitu; Sayid Ba
Alwi bin Abdullah Al-‘allaham (orang Arab yang menetap di Bontoala), Syaikh
Nuruddin Ar-Raniri (Aceh), Muhammad bin Wajih As-Sa’di Al-Yamani (Yaman), Ayub
bin Ahmad bin Ayub Ad-Dimisqi Al-Khalwati (Damaskus), dan lain sebagainya.
c.
Syaikh Abdussamad
Al-Palimbani
Ia merupakan
salah seorang ulama terkenal yang berasal dari Sumatra Selatan. Ayahnya adalah
seorang Sayid dari San’a, Yaman. Ia dikirim ayahnya ke Timur Tengah untuk
belajar. Di antara ulama sezaman yang sempat bertemu dengan beliau adalah;
Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Abdul Wahab Bugis, Abdurrahman Bugis
Al-Batawi dan Daud Al-Tatani.
d.
Syaikh
Muhammad bin Umar n-Nawawi Al-Bantani
Beliau lahir
di Tanar, Serang, Banten. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan Ahmad,
di didik oleh ayahnya dalam bidang agama; ilmu nahwu, fiqh dan tafsir. Selain
itu ia juga belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari Raden
Haji Yusuf di Purwakarta Jawa Barat. Kemudian ia pergi ke Mekkah untuk menunaikan
ibadah haji dan menetap disana kurang lebih tiga tahun. Di Mekkah ia belajar
Sayid Abmad bi Sayid Abdurrahman An-Nawawi, Sayid Ahmad Dimyati dan Sayid Ahmad
Zaini Dahlan. Sedangkan di Madinah ia berguru kepada Syaikh Muhammad Khatib
Sambas Al-Hambali. Selain itu ia juga mempunyai guru utama dari Mesir.
Pada tahun
1833 beliau kembali ke Banten. Dengan bekal pengetahuan agamanya ia banyak
terlibat proses belajar mengajar dengan para pemuda di wilayahnya yang tertarik
denga kepandaiannya.. tetapi ternyata beliau tidak betah tinggal di kampung
halamannya. Karena itu pada tahun 1855 ia berangkat ke Haramain dan menetap
disana hingga beliau wafat pada tahun 1897 M/1314 H.
e.
Wali Songo
Dalam
sejarah penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di pulau Jawa terdapat
sembilan orang ulama yang memiliki peran sangat besar. Mereka dikenal dengan
sebutan wali songo.
Para wali
ini umumnya tinggal di pantai utara Jawa sejak dari abad ke-15 hingga
pertengahan abad ke-16. Para wali menyebarkan Islam di Jawa di tiga wilayah
penting, yaitu; Surabaya, Gresik dan Lamongan (Jawa Timur), Demak, Kudus dan
Muria (Jawa Tengah), serta di Cirebon Jawa Barat. Wali Songo adalah para ulama
yang menjadi pembaru masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai
bentuk peradaban baru seperti, kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan,
kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Adapun
wali-wali tersebut yaitu; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan
Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan Sunan
Muria.
2.5
Peranan Umat Islam di Indonesia
2.5.1 Masa Penjajahan
a.
Peranan Umat Islam pada Masa Penjajahan
Sebelum kaum penjajah, yakni Portugis, Belanda, dan Jepang, masuk ke
Indonesia, mayoritas masyarakat Indonesia telah menganut agama Islam. Dengan dianutnya
agama Islam tersebut, ajaran Islam telah banyak mendatangkan perubahan.
Perubahan-perubahan itu antara lain:
·
Masyarakat Indonesia dibebaskan dari pemujaan
berhala dan pendewaan raja-raja serta dibimbing agar menghambakan diri hanya
kepada Allah SWT.
·
Rasa persamaan dan rasa keadilan yang diajarkan
Islam, mampu mengubah masyarakat Indonesia yang dulunya menganut sistem kasta
dan diskriminasi menjadi masyarakat yang setiap anggotanya mempunyai kedudukan,
harkat, martabat, dan hak-hak yang sama.
·
Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan
yang didengungkan Islam dengan semboyan “Hubbul-Watan Minal-Iman” (cinta tanah
air sebagian dari iman) mampu mengubah cara berpikir masyarakat Indonesia,
khususnya para pemuda, yang dulunya bersifat sekratin (lebih mementingkan
sukunya dan daerahnya) menjadi bersifat nasionalis (lebih mengutamakan
kepentingan bangsa dan negaranya)
·
Semboyan yang diajarkan Islam yang berbunyi
“Islam adalah agama yang cinta damai,
tetapi lebih cinta kemerdekaan” telah mampu mendorong masyarakat Indonesia
untuk melakukan usaha-usaha mewujudkan kemerdekaan bangsanya dengan berbagai
cara.
b.
Perlawanan Kerajaan Islam dalam Menentang
Penjajahan
1.Perlawanan terhadap Penjajah Portugis
2.Perlawanan terhadap Penjajah Belanda
2.5.2 Masa Perang
Kemerdekaan
a. Peranan Ulama Islam Pada Masa Perang Kemerdekaan
Peranan ulama Islam Indonesia pada masa perang kemerdekaan ada dua macam:
· Membina kader umat Islam, melalui pesantren dan aktif dalam pembinaan
masyarakat
· Turut berjuang secara fisik sebagai pemimpin perang.
b. Peranan Organisasi dan Pondok
Pesantren Pada Masa Perang Kemerdekaan
Organisasi-organisasi
yang dimaksud antara lain:
1.
Serikat
Dagang Islam/Serikat Islam
Serikat Dagang Islam
didirikan oeh Haji Samanhudi dan Mas Tirta Adisuryo pada tahun 1905 di Kota
Solo. Tujuan organisasi ini pada awalnya adalah menggalang kekuatan para
pedagang Islam melawan monopoli pedagang Cina dan memajukan agama Islam.
2.
Muhammadiyah
Organisasi Islam Muhammadiyah didirikan di kota
Yogyakarta oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912. Peranan
Muhammadiyah pada masa penjajahan Belanda lebih dititikberatkan pada
usaha-usaha mencerdaskan rakyat Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan
mereka, yakni dengan mendirikan sekolah-sekolah, baik sekolah umum maupun
sekolah agama, rumah sakit, panti asuhan, rumah-rumah penampungan bagi warga
miskin dan perpustakaan-perpustakaan.
3.
Nahdlatul Ulama (NU)
NU
didirikan di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926. Dua tokoh penting dalam
upaya pembentukan NU adalah K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Wahab Hasbullah.
Pada
masa penjajahan Belanda, NU senantiasa berjuang menentang pejajahan dan pernah
mengeluarkan pernyataan politik yang isinya:
·
Menolak kerja rodi yang dibebankan oleh penjajah
kepada rakyat.
·
Menolak rencana ordonansi (peraturan pemerintah)
tentang perkawinan tercatat.
·
Menolak diadakannya Milisi (wajib militer)
·
Menyokong GAPI dalam menuntut Indonesia yang
memiliki parlemen kepada pemerintah kolonial Belanda.
4.
Organisasi-organisasi
Islam lainnya yang didirikan pada masa penjajahan
Organisasi Islam lainnya yang didirikan pada masa penjajahan Belanda di
antaranya adalah Al Irsyad, Persatuan Islam (PERSIS), Persatuan Umat Islam
(PUI), PERTI (Persatuan Tarbiyah Islam), dan PUSA (Persatuan Ulama Seluruh
Aceh)
Pada masa penjajahan Jepang, semua organisasi Islam tersebut berkumpul
dalam suatu wadah partai yang bernama Majelis Islam Tinggi, yang telah
mengeluarkan pernyataan politiknya sebagai berikut:
·
Membentuk barisan fi sabilillah, untuk berjuang
di garis depan menentang penjajah.
·
Akan berjuang mengusir penjajah, karena hukumnya
adalah fardu ain.
·
Menyatakan bahwa seorang yang mati dalam melawan
penjajahan adalah mati syahid.
·
Membentuk barisan palang merah wanita, sesuai
dengan ajaran Islam.
5.
Pondok
Pesantren
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertus di Indonesia, yang
penyelenggaraan pendidikannya bersifat tradisional dan sederhana. Mata
pelajaran yang diajarkan di pesantren adalah: Ilmu Tauhid, Fikih Islam, Akhlak,
Ushul Fikih, Nahwu, Saraf, dan Ilmu Mantik. Sumber pelajarannya, biasanya,
kitab-kitab berbahasa arab yang tidak berharakat atau gundul, yang biasa
disebut dengan “Kitab Kuning”.
2.5.3 Masa Pembangunan
a. Peranan Umat Islam pada Masa Pembangunan
Dalam usaha
mempertahankan kemerdekaan negara Republik Indonesia, umat Islam yang merupakan
mayoritas penduduk, tampil di barisan terdepan dalam perjuangan, baik
perjuangan fisik (berperang) mauapun perjuangan diplomasi.
Di tahun-tahun awal
kelahirannya sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, bangsa Indonesia harus
menghadapi Jepang, negara Sekutu, dan Belanda.
Selain itu, kemerdekaan
negara Republik Indonesia dipertahankan melalui usaha-usaha diplomatik, yaitu
perundingan antara Indonesia dan Belanda, misalnya: perundingan Linggarjati,
perjanjian Renville, perjanjian Roem Royen, dan Konferensi Meja Bundar di Den
Haag.
Dalam usaha mengisi
kemerdekaan, pemerintah dan segenap bangsa Indonesia melakukan usaha-usaha
pembangunan dalam berbagai bidang demi tercapainya tujuan nasional yang
diamanatkan oleh UUD 1945. Usaha-usaha pembangunan yang berencana dan terarah
dimulai semenjak Repelita I, dst.
b.
Peranan Organisasi Islam dalam Masa Pembangunan
Organisasi Islam yang
ada pada masa pembangunan ini cukup banyak, antara lain: Muhammadiyah;
Nahdlatul Ulama (NU); Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Peranan Muhammadiyah
dalam masa pembangunan antara lain:
·
Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia
berilmu pengetahuan tinggi, berbudi luhur dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
·
Melakukan usaha-usaha di bidang kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat, antara lain mendirikan Rumah Sakit, Poliklinik, BKIA
(Balai Kesehatan Ibu dan Anak), Panti Asuhan dan Pos Santunan Sosial.
Peranan NU pada
masa pembangunan adalah:
·
Mendirikan madrasah-madrasah, seperti Madrasah
Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah dan Perguruan Tinggi.
·
Mendirikan, mengelola, dan mengembangkan
pesantren-pesantren .
·
Membantu dan mengurusi anak-anak yatim dan fakir
miskin.
Adapun peranan MUI
pada masa pembangunan adalah:
·
Memberikan fatwa dan nasihat keagamaan dalam
masalah sosial kemasyarakatan kepada pemerintah dan umat Islam Indonesia pada
umumnya, sebagai amar ma’ruf nahi mungkar dalam usaha meningkatkan ketahanan
nasional.
·
Memperkuat Ukhuwah Islamiah dan melaksanakan
kerukunan antar umat beragama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional.
·
MUI adalah penghubung antara Ulama dan Umara
serta menjadi penerjemah timbal-balik antara pemerintah dan umat Islam
Indonesia guna menyukseskan pembangunna nasional.
c. Peranan Lembaga Pendidikan Islam
dalam Pembangunan
Adapun peranan-peranan kelembagaan
Islam dalam pembangunan antara lain:
·
Melakukan usaha-usaha agar masyarakat Indonesia
bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa.
·
Menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara.
·
Memupuk persatuan dan kesatuan umat.
·
Mencerdaskan bangsa Indonesia.
·
Mengadakan pembinaan mentel spiritual.
2.6 Hikmah Perkembangan Islam di Indonesia
Hikmah perkembangan Islam di Indonesia antara lain sebagai berikut.
Z Semboyang yang diajarkan Islam yang berbunyi “Islam adalah agama yang cinta
damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan” telah mampu mendorong masyarakat
Indonesia untuk melakukan usaha-usaha mewujudkan kemerdekaan bangsanya dengan
berbagai cara. Mula-mula dengan cara damai, tapi karena tidak bisa lalu dengan
cara menempu peperangan.
Allah SWT berfirman, “dan perangilah dijalan Allah
orang-orang yang memerangi kamu, tetapi janganlah kamu melampaui batas, karena
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas.”
Z Masyarakat Indonesia dibebaskan dari pemujaan berhala dan pendewaan
raja-raja serta dibimbing agar menghambakan diri hanya kepada Allah, Tuhan yang
maha Esa.
Rasa persamaan dan rasa keadilan yang diajarkan islam mampu mengubah masyarakat Indonesia yang dulunya menganut sistem kasta dan diskriminasi menjadi masyarakat yang setiap anggotanya mempunyai kedudukan, harkat, martabat dan hak-hak yang sama.
Rasa persamaan dan rasa keadilan yang diajarkan islam mampu mengubah masyarakat Indonesia yang dulunya menganut sistem kasta dan diskriminasi menjadi masyarakat yang setiap anggotanya mempunyai kedudukan, harkat, martabat dan hak-hak yang sama.
Z Semangat cinta tanah air dan rasa kebangsaan yang didengungkan Islam dengan
semboyan”Hubbul-watan minaliiman” (cinta tanah air sebagian dari iman) mampu
mengubah cara berpikir masyarakat
Indonesia, khususnya para pemudanya, yang dulunya bersifat sectarian
(lebih mementingkan sukunya dan daerahnya) menjadi bersifat nasionalis. Hal ini
ditandai dengan lahirnya organisasi pemuda yang bernama Jong Indonesia pada
bulan februari 1927 dan dikumandangkannya sumpah pemuda pada tanggal 28 oktober
1928.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
v
Masuknya Islam di Indonesia” pada
tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad
pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain
menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa
Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
v
Perkembangan Islam di Indonesia terbagi
menjadi beberapa wilayah diantaranya yaitu Sumatera, Jawa, Sulawesi,
Kalimantan, dan Maluku
v
Para ulama awal yang menyebarkan
Islam di Indonesia di antaranya yaitu; Hamzah Fansuri, Syaikh Muhammad Yusuf
Al-Makasari, Syaikh Abdussamad Al-Palimbani, Syaikh Muhammad bin Umar n-Nawawi
Al-Bantani dan wali songo (Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri,
Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, Sunan Kudus dan
Sunan Muria).
v Sedangkan masuknya islam di Indonesia menurut uka
tjandrasasmita dilakukan dengan enam saluran yaitu: Saluran perdagangan,
Saluran perkawinan, Saluran tasawuf, Saluran pendidikan, Saluran kesenian, dan Saluran
politik. Dari keenam saluran di ataslah islam bisa menjangkau hampir ke seluruh
pelosok Indonesia yang salah satu pengaruhnya diakui sebagai kebudayaan
Indonesia sendiri sampai sekarang seperti Pengaruh bahasa dan nama, Pengaruh
adat-istiadat, Pengaruh kesenian.
B. Saran
Islam adalah agama yang
damai. Islam masuk ke Indonesia, bukan
dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di
Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama.
Maka dari itu melalui makalah ini kita di ajarkan untuk dapat berdamai dengan
orang-orang disekitar kita. Hindarilah segala pertengkaran yang dapat merusak
hubungan silaturrahmi kita.
DAFTAR PUSTAKA
·
nurilblog.blogspot.com/.../sejarah-masuknya-islam-di indonesia
·
amifta45.blogspot.com/.../proses-penyebaran-islam-di-indonesia
·
sejarah11-jt.blogspot.com/.../proses-awal-penyebaran-islam-di-indonesia
·
eljannahraheem.blogspot.com/.../peranan-umat-islam-indonesia
BIODATA PENULIS
1.
Nama :
Puput Purnamasary Naufal
Nis
: 1110279
No.
Urut : 02/24
2.
Nama :
Alief Bayu Ikranegara
Nis
: 1110
No.
Urut :
3.
Nama :
Ilham Hasan
Nis
:1110
No.
Urut :