Talking About "Seragam Baju Sekolah"
ini aku sediakan makalah tentang fenomena Seragam baju sekolah..
semoga bermanfaat buat kalian !!!
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seragam
sekolah adalah seragam yang digunakan sebagai identitas siswa-siswi disebuah
lembaga pendidikan baik negeri ataupun swasta. Negara yang berada didunia
ini mempunyai ketentuan masing-masing dalam ketentuan seragam
sekolah masing-masing bagi siswa dan siswinya, khususnya pada siswa
siswi sekolah dasar dan menengah. Di negara yang kita cintai ini,
ketentuan memakai seragam sekolah ditetapkan secara beragam, baik berdasarkan
jenjang pendidikan maupun jenisnya
Pada sekolah-sekolah tertentu, kewajiban mengenakan seragam telah
menjadi bagian dari tata-tertib sekolah dan dilaksanakan secara ketat, mulai
dari ketentuan bentuk, bahan, atribut yang dikenakannya, bahkan termasuk cara
pembeliannya. Penerapan disiplin berseragam yang sangat ketat, kerapkali
“memakan korban” bagi siswa yang melanggarnya, mulai dari teguran lisan yang
terjebak dalam kekerasan psikologis sampai dengan tindakan kekerasan hukuman
fisik (corporal punishment).
Sama seperti kejadian di beberapa
negara lain, ketentuan mengenakan seragam sekolah ini keberadaannya selalu
mengundang pro-kontra. Di satu pihak ada yang setuju dan di pihak lain tidak
sedikit pula yang memandang tidak perlu ada seragam sekolah, tentunya dengan
argumentasi masing-masing. Bahkan di mata siswa pun tidak mustahil timbul
pro-kontra. Masalah ini telah lama menjadi subyek pembicaraan di antara orang
banyak baik oleh Orang tua murid naupun oleh para guru atau pengajar itu
sendiri, oleh karena itu melalui makalah ini kami akan membahas sedikit tentang
fenomena baju seragam sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan Masalahnya meliputi :
1.2.1. Apa yang
melatarbelakangi pemakaian baju seragam sekolah di Indonesia?
1.2.2 Bagaimana
pengaruh dengan adanya peraturan pemakaian baju seragam di Sekolah ?
1.2.3 Apa masalah yang
timbul dengan adanya Peraturan pemakaian baju seragam di Sekolah ?
1.2.4 Bagaimana cara
mengatasi masalah Pro kontra mengenai peraturan baju seragam di Sekolah?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah
ini kami buat bertujuan untuk mengatasi masalah tentang pro kontra yang muncul
seiring dengan adanya penggunaan baju seragam disekolah, disamping itu makalah
ini kami buat untuk memenuhi tugas kelompok Bahasa Indonesia yang ditugaskan
oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia Ibu Hj.Husniati S.pd.
1.4 Manfaat Penulisan
Melalu
makalah ini, kami lampirkan kelebihan dan kelemahan akan adanya penggunaan baju
seragam disekolah, sehingga akan menambah wawasan pembaca tentang peranan baju
seragam disekolah.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah makalah ini meliputi :
1.5.1. Latar Belakang pemakaian
baju seragam sekolah di Indonesia
1.5.2 Pengaruh dengan
adanya peraturan pemakaian baju seragam di Sekolah
1.5.3 Masalah yang
timbul dengan adanya Peraturan pemakaian baju seragam di Sekolah
1.5.4 Cara mengatasi
masalah Pro kontra mengenai peraturan baju seragam di Sekolah
1.6 Sumber Data
Data data
yang di peroleh dari karya ilmiah makalah ini sebagian besar berasal dari kumpulan kumpulan artikel dari
media internet dan hasil diskusi dari kelompok bahasa indonesia kami
1.7 Metode Penelitian
·
Searching
·
Browsing
1.8 Sistematikan Penulisan
Sistematika
yang terdapat dalam penyusunan makalah ini adalah :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
1.5 Batasan Masalah
1.6 Sumber Data
1.7 Metode Penelitian
1.8 Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1.. Latar Belakang pemakaian baju seragam sekolah di Indonesia
2.2
Pengaruh dengan adanya peraturan pemakaian baju seragam di Sekolah
2.3 Masalah yang timbul
dengan adanya Peraturan pemakaian baju seragam di Sekolah
2.4 Cara mengatasi
masalah Pro kontra mengenai peraturan baju seragam di Sekolah
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2
Saran/rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Latar Belakang Pemakaian Baju Seragam Sekolah di Indonesia
Pada
masa kolonial, murid-murid STOVIA (School tot Opleiding van Indische
Artsen)—sebuah sekolah pendidikan dokter khusus untuk pribumi—diharuskan
memakai pakaian tradisional daerah masing-masing saat bersekolah. Mereka dengan
tegas dilarang berpakaian ala orang Eropa, meski pendidikan yang mereka
dapatkan sebenarnya sama dengan orang Eropa. Larangan memakai busana yang
bergaya Eropa merupakan upaya pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk mencegah
para murid pribumi itu secara visual “sama”dengan orang Eropa.
Bagi
pemerintah kolonial, orang-orang pribumi memiliki nilai yang lebih rendah
dibandingkan orang Eropa sehingga mereka tak boleh “menyerupai” orang Eropa.
Kata “menyerupai” di sini terutama berarti secara visual karena dalam hal
pendidikan, murid-murid STOVIA mendapat pelajaran yang sama dengan calon dokter
Eropa. Dari kasus ini, bisa disimpulkan bahwa bentuk visual sebuah pakaian bisa
menjadi penentu penting identitas seseorang—dalam kasus murid-murid STOVIA,
bentuk visual pakaian bahkan dianggap lebih penting dari soal intelektualitas
dan sikap hidup.
Setelah
Indonesia lepas dari penjajahan, sebenarnya seragam sekolah tidak serta merta
diberi perhatian pemerintah. Sampai beberapa tahun setelah kemerdekaan, masih
banyak siswa-siswi yang bersekolah dengan memakai pakaian seadanya.
Secara khusus, bisa dikatakan bahwa ketentuan mengenai seragam sekolah di Indonesia dilatarbelakangi oleh keinginan pemerintah untuk menyeragamkan penampilan visual para peserta didik. Penyeragaman semacam itu diperlukan, agar tidak terjadi ketimpangan yang mencolok antara siswa dari keluarga kaya dengan siswa dari keluarga miskin.
Secara khusus, bisa dikatakan bahwa ketentuan mengenai seragam sekolah di Indonesia dilatarbelakangi oleh keinginan pemerintah untuk menyeragamkan penampilan visual para peserta didik. Penyeragaman semacam itu diperlukan, agar tidak terjadi ketimpangan yang mencolok antara siswa dari keluarga kaya dengan siswa dari keluarga miskin.
Peraturan
tentang seragam sekolah di Indonesia yang dikeluarkan pertama kali adalah Surat
Keputusan (SK) 052/C/Kep/D/82. SK yang dikeluarkan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan pada 17 Maret 1982 ini—khusus berlaku untuk sekolah
negeri—mengharuskan siswa SD memakai pakaian putih-merah, siswa SMP memakai
putih-biru, dan siswa SMA memakai putih-abu-abu.
2.2
Pengaruh adanya Peraturan pemakaian baju seragam di Sekolah
Pengaruh dengan adanya
peraturan yang diterapkan Pemerintah tentang pemakaian baju seragam sekolah
berdampak pada model model seragam sekolah yang digunakan oleh siswa siswa
sehingga mengakibatkan beberapa pelanggaran terjadi, berupa :
·
Tidak
dapat dipungkiri bahwa sekarang ini banyak sekali terjadi pelanggaran terhadap
pemakaian seragam sekolah, misalnya penggunaan rok pada siswa putri yang tidak
sesuai dengan aturan sekolahnya, misalnya menggunakan rok diatas lutut, bagi
siswa putra celananya dimodel pensil dan terlalu turun dan bahasa jawanya
mete-mete.
·
Baju
yang digunakan oleh siswa putri juga banyak yang dikecilkan sehingga terlihat
seksi dan menonjolkan bentuk badannya.
·
Banyak
pula yang bajunya transparan, dan yang lebih parah ada pula siswa yang tidak
memakai kaos dalam.
·
Tradisi corat coret seragam sekolah yang
setiap kelulusan pasti ada saja siswa yang mencorat coret pakaian mereka.
Selain mengakibatkan pelanggaran yang terjadi, hal
ini juga dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam model berpakaian.
2.3
Masalah yang timbul dengan adanya Peraturan Pemakaian Baju Seragam Sekolah
Peraturan
mengenai pemakaian baju seragam di sekolah menimbulkan pro kontra di berbagai
kalangan, dibeberapa pihak ternyata tidak menyetujui akan adanya peraturan
tersebut. Mereka berpendapat bahwa Niat awal dari adanya baju seragam sekolah
“meminimalisir” kesenjangan memang mulia yaitu
agar siswa dapat berbaur dan tidak minder. Namun melihat faktanya, yang
terjadi akan tetap sama: yang kaya bergaul dengan yang kaya, sementara yang
miskin tetap bergaul dengan yang miskin. Yang populer dengan yang populer,
sementara yang tersisihkan bergerombol dengan yang tersisihkan. Sekalipun pakaiannya disamaratakan,
kesenjangan itu tetap akan terlihat: dari sepatu yang dikenakan, dari handphone
yang dijinjing, dari lingkaran pertemanan yang dijalin, dari wangi parfum yang
dikenakan, dari grup-grup yang dibentuk , dan lain-lain.
Kebijakan
seragam sekolah bukanlah kebijakan mendasar karena itu hanyalah atribut,
asesoris. Seragam sekolah tidak memiliki korelasi dengan prestasi siswa dan
kualitas pendidikan nasional. Tanpa adanya ketentuan dan keharusan memakai
seragam pun pendidikan nasional harus jalan. Generasi muda sebagai penerus
bangsa harus tetap mendapatkan pendidikan agar memiliki kapabilitas dan
kemampuan meneruskan mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selain
itu, mereka pihak yang pro terhadap peraturan seragam sekolah ini juga berpendapat
bahwa adanya peraturan tentang pemakaian seragam sekolah ini berdampak pada
siswa, menurut mereka hak individualitas siswa dilanggar, siswa tidak dapat
bereksperesi sehingga kreativitas siswa tertekan, sedangkan sekolah adalah
tempat pembentukan karakter kepribadian siswa. Selain pada siswa, juga berdampak pada orang
tua siswa, orangtua yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah sulit menjangkau
harga seragam sekolah yang dianggap mahal.
Ternyata
dengan adanya masalah-masalah yang timbul tersebut, seragam sekolah hampir saja
dihapuskan. Beberapa tahun yang lalu Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas)
Bambang Sudibyo berencana menghapus baju seragam sekolah.
2.4 Cara Mengatasai Masalah yang
timbul mengenai Pro Kontra Seragam Sekolah
Dalam
pembahasan ini, akan dibahas mengenai perlu atau pentingnya Baju seragam untuk
sebuah sekolah. Ternyata selain munculnya isu
isu yang Pro terhadap baju seragam sekolah, dibeberapa kalangan justru
menyetujui dengan adanya pemakaian baju seragam sekolah ini. Baju seragam
sekolah sangat penting bagi siswa siswi disuatu sekolah. Saat seragam sekolah
hampir dihapuskan pejabat pemerintah, guru, dan orangtua siswa sangat
menyayangkan rencana penghapusan itu, alasannya sebagai berikut :
a) Identitas
suatu sekolah sesuai dengan jenjang pendidikan masing-masing.
b) Menciptakan
kedisiplinan siswa. Dengan pemakaian baju seragam sekolah yang ditentukan
berdasarkan hari dalam tiap minggunya, dapat menciptakan perasaan dan semangat
disiplin, misalnya pada hari Senin sampai dengan hari Kamis siswa berseragam
sekolah, hari Jumat dan Sabtu memakai seragam pramuka, dan setiap olahraga
memakai pakaian seragam olahraga.
c) Membentuk
kerapian. Saat pelaksanaan upacara bendera, akan tampak jelas, dengan baju
seragam sekolah membuat kerapian dalam barisan.
d) Menampakkan
keindahan. Dari kerapian, akan memunculkan keindahan yang enak dipandang.
e) Kebanggaan
orang tua. Melihat anak-anaknya berangkat ke sekolah dengan baju seragam
sekolah sesuai jenjang pendidikan masing-masing, orang tua merasa bangga.
f) Tercipta
rasa persatuan dan kesatuan di antara para siswa.
g) Memperlihatkan
perbedaan jenjang pendidikan. Sekolah Dasar berseragam putih merah, Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama berseragam putih biru, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
berseragam putih abu-abu, sehingga dengan mudah dibedakan mana siswa Sekolah
Dasar, mana siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan mana siswa Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas.
h) Memudahkan
pemantauan, bila dalam rangka upacara peringatan hari besar nasional, atau
dalam acara perlombaan, atau juga dalam kegiatan wisata maupun kegiatan yang
lain secara bersamaan dengan berbagai sekolah di segala jenjang pendidikan.
Dengan pakaian seragam, memudahkan bagi guru dalam memantau anak didiknya.
i)
Sebagai kendali. Dengan berpakaian baju seragam
sekolah, secara otomatis anak-anak merasa bukan anak liar, yang sangat bebas
bertindak dan melakukan pelanggaran asusila maupun kegiatan yang dilarang oleh
peraturan sekolah.
j)
Ada perbedaan antara baju seragam sekolah dengan
pakaian di rumah, atau pakaian kegiatan di luar rumah. Masing-masing pakaian
dipakai sesuai dengan fungsi, situasi dan kondisinya.
Dan apabila seragam sekolah dihapuskan, Besar
kemungkinan muncul persoalan baru bagi sekolah dan juga orang tua siswa. Bagi
sekolah, dengan adanya peraturan pemakaian baju seragam sekolah, siswa dididik
untuk selalu tertib. Bila benar-benar seragam sekolah dihapus, tentunya sekolah
harus pula merombak peraturannya, utamanya tata tertib dalam berpakaian.
Selain itu,
jika dikatakan tadi bahwa seragam sekolaha yang di anggap mahal akan membebani
orang tua, justru dengan adanya seragam sekolah akan memudahkan orangtua karena
tidak lagi menyediakan pakaian baru yang layak untuk sekolah anak-anaknya, yang
setiap anak tentunya tidak hanya satu setel pakaiannya.
orang tua, khususnya yang tidak
atau kurang mampu, akan menjadi masalah besar, karena harus menyediakan pakaian
baru yang layak untuk sekolah anak-anaknya. Ya, kalau kebetulan anaknya satu
atau dua, kemungkinan tidak begitu terasa berat. Lalu bagaimana dengan yang
anaknya banyak dan semuanya masih bersekolah? Bukankah mereka harus menyediakan
pakaian baru layak pakai sekolah untuk anak-anaknya, yang setiap anak tentunya
tidak hanya satu setel pakaian.
Jadi dari
berbagai kerugian yang timbulnya akan adanya peraturan seragam sekolah,
ternyata lebih banyak memiliki keuntungan. Untuk mengekspresikan diri bukan
hanya melalu fashion, jadi tidak ada salahnya jika pemakaian baju seragam
sekolah diterapkan. Namun Jika sekolah mengadakan baju seragam sekolah,
hendaknya memperhatikan kondisi ekonomi siswanya. Misalnya dengan membantu
siswa yang kurang mampu. Memakai Baju Seragam Sekolah atau tidak, ukuran
kesopanan dan kerapian hendaknya diukur dari standar Islam. Bila tidak akan
terjadi perbedaan yang mencolok dan tidak perlu.
.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam
perkembangannya memang fungsi seragam juga terbalik. Pakaian yang semula
bertujuan untuk mengaburkan status sosial, tapi kejadiannya justru sebaliknya.
Dalam banyak kasus, keberadaan pakaian seragam sekolah malah jadi pembeda.
Seragam sekolah kemudian menjadi identitas status sosial bagi murid-murid
sekolah. Namun apabila seragam sekolah dihapuskan, Besar
kemungkinan muncul persoalan baru bagi sekolah dan juga orang tua siswa. Bagi
sekolah, dengan adanya peraturan pemakaian baju seragam sekolah, siswa dididik
untuk selalu tertib. Bila benar-benar seragam sekolah dihapus, tentunya sekolah
harus pula merombak peraturannya, utamanya tata tertib dalam berpakaian. Jadi
dari berbagai kerugian yang timbulnya akan adanya peraturan seragam sekolah,
ternyata lebih banyak memiliki keuntungan. Untuk mengekspresikan diri bukan
hanya melalu fashion, jadi tidak ada salahnya jika pemakaian baju seragam
sekolah diterapkan.
B.
Saran
Jika sekolah
mengadakan baju seragam sekolah, hendaknya memperhatikan kondisi ekonomi
siswanya. Misalnya dengan membantu siswa yang kurang mampu. Memakai Baju
Seragam Sekolah atau tidak, ukuran kesopanan dan kerapian hendaknya diukur dari
standar Islam. Bila tidak akan terjadi perbedaan yang mencolok dan tidak perlu.
BIODATA
PENULIS
1. Puput
Purnamasary Naufal : 1110279/02
2. Musdalifah : 1110274/01
3. Sharon
Alfa Marlina : 1110282/03
4. Ghulam
Husainadullah : 1110305/04
5. Novriwandi
Anugrawan : 1110307/05
6. Muhammad
Syuhel Abidin : 1110309/06
7. Adam : 1110311/07
8. Nurfiati : 1110312/08
Muhammad Ikbal